Industri farmasi di Indonesia menghadapi berbagai tantangan serius, mulai dari kelangkaan bahan baku hingga distribusi obat yang tidak merata. Krisis ini berpotensi mengancam kesehatan masyarakat secara luas. Dalam menghadapi situasi ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengambil langkah strategis dengan meningkatkan transparansi dalam pengawasan dan regulasi farmasi.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Taruna Ikrar, menekankan pentingnya membangun ketahanan nasional di sektor pangan dan farmasi. Ia menyebut, salah satu tantangan terbesar selama ini adalah kurangnya transparansi lembaga dalam pengawasan dan edukasi publik terkait penggunaan obat, khususnya antibiotik. (4/7) Jumat.
Salah satu contoh krusial adalah penggunaan antibiotik. Taruna mengungkapkan bahwa selama lima tahun terakhir, sekitar 80% antibiotik digunakan oleh masyarakat tanpa resep dokter. Padahal, penggunaan antibiotik yang tidak tepat berisiko menyebabkan resistensi antibiotik, yang dapat berujung pada silent pandemic atau kondisi ketika obat tidak lagi efektif menyembuhkan infeksi. Taruna menegaskan bahwa BPOM kini aktif mengumumkan dan menyosialisasikan informasi secara terbuka agar masyarakat paham. Selain itu, pengawasan terhadap industri farmasi pun diperketat, dengan pendampingan dan panduan langsung dari BPOM agar proses produksi dan distribusi sesuai standar keamanan.
Mengapa Transparansi Penting dalam Sektor Farmasi?
Transparansi adalah kunci utama untuk membangun kepercayaan publik dan memastikan bahwa proses produksi, distribusi, dan pengawasan obat berjalan sesuai standar. Dengan transparansi, BPOM dapat:
- Mempercepat deteksi masalah dalam rantai pasok obat
- Meningkatkan akuntabilitas produsen dan distributor
- Memudahkan masyarakat mengakses informasi terkait keamanan dan ketersediaan obat
Langkah transparansi ini membawa dampak positif yang signifikan:
- Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat terhadap produk farmasi dan BPOM sebagai regulator.
- Meminimalisir Praktik Ilegal dan Pemalsuan Obat yang sering menjadi penyebab krisis.
- Memperbaiki Ketersediaan Obat dengan pengawasan distribusi yang lebih ketat dan akurat.
- Mendorong Produsen untuk Mematuhi Standar demi menjaga kualitas dan keamanan produk.