ILESVANILLE — Pernah dengar kisah evakuasi dramatis di Gunung Rinjani? Baru-baru ini, seorang pendaki Swiss, Benedikt Emmenegger, berhasil dievakuasi dengan helikopter setelah mengalami kecelakaan di jalur pendakian. Berbeda dengan kasus Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang evakuasinya memakan waktu berhari-hari tanpa bantuan helikopter, kisah Benedikt jadi sorotan. Apa sih yang membuat evakuasi pendaki ini bisa lebih cepat dan mulus? Yuk, kita ulas fakta-fakta menariknya!
Latar Belakang Kecelakaan di Gunung Rinjani
Gunung Rinjani, salah satu gunung paling ikonik di Indonesia, terkenal dengan keindahan Danau Segara Anak dan jalur pendakian yang menantang. Namun, jalur menuju danau ini juga dikenal rawan, terutama karena medan berbatu dan curam. Pada Rabu, 16 Juli 2025, Benedikt Emmenegger (46), seorang pendaki asal Swiss, terjatuh di jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak. Ia mengalami patah tulang di tangan dan kaki, serta luka di wajah, tapi beruntung masih selamat.
Berbeda dengan Juliana Marins, yang jatuh ke jurang sedalam 600 meter pada Juni 2025 dan ditemukan meninggal dunia, Benedikt berada di lokasi yang lebih mudah dijangkau. Tapi, apa yang membuat evakuasi Benedikt bisa menggunakan helikopter? Mari kita bongkar rahasianya!
Mengapa Helikopter Bisa Digunakan untuk Benedikt?
Evakuasi pendaki di Gunung Rinjani bukan perkara mudah. Medan ekstrem, cuaca buruk, dan keterbatasan akses sering jadi kendala. Namun, dalam kasus Pendaki Swiss ini, beberapa faktor memungkinkan helikopter diterjunkan:
- Kondisi Cuaca yang Mendukung
Cuaca di sekitar Gunung Rinjani cukup baik saat Benedikt di evakuasi. Meskipun cuaca kadang-kadang berubah, tim SAR mengatakan bahwa kondisi sekarang memungkinkan helikopter mendarat di lahan savana dekat jalur pendakian. Ini berbeda dengan kasus Juliana, di mana kabut tebal dan angin kencang membuat helikopter tak bisa mendekat. - Lokasi yang Lebih Aksesibel
Benedikt tidak jatuh di jurang curam seperti Juliana, tetapi jatuh di jalur bebatuan menuju Danau Segara Anak. Lokasinya memungkinkan helikopter mendarat di area savana yang cukup rata, sehingga tim SAR bisa mengevakuasi korban dengan cepat. Dalam kasus Juliana, lokasi jurang sedalam 600 meter dengan pasir dan batu lepas membuat evakuasi udara sangat berisiko. - Koordinasi Cepat dan Tim Profesional
Tim SAR Denpasar, bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), TNI, Polri, BPBD, dan relawan lokal seperti Rinjani Squad, bergerak cepat. Evakuasi dilakukan dalam hitungan jam dengan helikopter Bali Air yang terbang dari Bali ke Sembalun. Benedikt bahkan mendapat perawatan medis awal dari dokter pendaki lain. - Kesiapan Infrastruktur
Meski Gunung Rinjani belum punya helikopter stand-by permanen, usulan pengadaan helikopter untuk keperluan rescue pernah diajukan pada 2020 oleh Disyon Toba, pendiri Consina. Meski terkendala regulasi saat itu, keberadaan helikopter dari Bali Air menunjukkan bahwa infrastruktur darurat mulai tersedia untuk situasi kritis seperti ini.

Pelajaran dari Kasus Evakuasi Pendaki
Kisah evakuasi Benedikt Emmenegger dan Juliana Marins mengajarkan kita banyak hal tentang pendakian di Gunung Rinjani. Berikut beberapa tips penting untuk pendaki:
- Selalu Ikuti Pemandu Lokal
Gunung Rinjani bukan untuk sembarang pendaki. Jalur seperti Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak terkenal berbahaya. Pastikan kamu didampingi pemandu berpengalaman dan porter lokal yang paham medan. - Perhatikan Kondisi Fisik
Kelelahan sering jadi penyebab kecelakaan. Benedikt dan Juliana sama-sama jatuh saat turun dari puncak, kemungkinan karena kurang fokus atau kelelahan. - Pantau Cuaca
Cuaca di Gunung Rinjani sangat fluktuatif. Kabut tebal dan angin kencang bisa muncul tiba-tiba, seperti yang menghambat evakuasi Juliana. Selalu cek prakiraan cuaca sebelum mendaki. - Persiapan Darurat
Pastikan kamu membawa peralatan pendakian yang memadai, termasuk alat komunikasi. Dalam kasus Benedikt, laporan cepat via WhatsApp ke Asosiasi Trekking Organizer Senaru (ATOS) mempercepat respons tim SAR.
Mengapa Ini Penting untuk Kamu Ketahui?
Bagi kamu yang suka mendaki atau sedang merencanakan petualangan ke Gunung Rinjani, memahami dinamika evakuasi pendaki seperti ini bisa menyelamatkan nyawa. Kesiapan, koordinasi, dan pemahaman tentang medan adalah kunci. Plus, kisah Benedikt menunjukkan bahwa teknologi seperti helikopter bisa jadi penyelamat, asalkan kondisi mendukung.
Oh ya, ngomong-ngomong soal kesiapan, tahukah kamu bahwa BI rate terbaru bisa memengaruhi biaya logistik perjalanan, termasuk transportasi ke destinasi pendakian? Dengan BI rate yang stabil, harga tiket pesawat atau sewa peralatan outdoor bisa lebih terjangkau, lho! Jadi, pantau terus informasi ekonomi untuk merencanakan trip-mu dengan hemat.
Penutup: Petualangan Aman di Gunung Rinjani
Kisah evakuasi pendaki Swiss Benedikt Emmenegger di Gunung Rinjani adalah bukti bahwa kerja sama tim, teknologi, dan kondisi alam yang mendukung bisa membuat perbedaan besar. Benedikt beruntung bisa dievakuasi dengan cepat menggunakan helikopter, berbeda dengan Juliana Marins, yang menghadapi kesulitan karena cuaca dan medan ekstrim.
Buat kamu yang ingin menaklukkan Rinjani, pastikan persiapanmu matang. Ikuti aturan pendakian, bawa pemandu, dan selalu utamakan keselamatan. Siapa tahu, petualanganmu bisa jadi cerita epik tanpa drama kecelakaan! Apa pendapatmu tentang evakuasi ini? Share di kolom komentar, ya!
SUMBER KOMPAS.COM : Beda dengan Juliana, Mengapa Evakuasi Pendaki Swiss Bisa Pakai Helikopter?