Dalam dinamika politik internasional, pengakuan negara oleh negara lain merupakan langkah penting yang dapat berpengaruh besar terhadap stabilitas dan perdamaian global. Baru-baru ini, langkah berani diambil oleh Prancis yang menyatakan niatnya untuk mengakui negara Palestina. (25/7/2025) Jumat.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan akan mengakui Negara Palestina dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada September mendatang.
Jika Macron betul-betul mengakui Palestina, Prancis akan jadi negara ke-10 dalam kurun waktu satu tahun atau sejak agresi Israel yang mengakui negara tersebut.
Macron sengaja menyampaikan pengumuman tersebut untuk menciptakan momentum. Tak lama setelah pernyataan dia, bakal ada pidato dari pemimpin Inggris dan Jerman yang mendesak tindakan segera atas krisis kemanusiaan di Jalur Gaza.
Di Gaza, lebih dari seribu orang tewas karena tak mendapat makanan yang cukup. Malnutrisi massal juga sedang mengintai warga di sana. Akses makanan yang sulit dan sedikit terjadi karena kontrol ketat Israel sejak awal agresi.
Israel dengan kejinya membatasi truk bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza. Mereka cemas bantuan itu berisi bahan-bahan yang bisa disalahgunakan Hamas, sehingga pemeriksaan menghabiskan waktu lama. Bantuan kemanusiaan padahal berisi bantuan pokok warga seperti makanan hingga susu formula untuk bayi.
Selain soal momentum, pengumuman Macron juga menyiratkan rasa putus ada dia. Presiden Prancis ini menyukai koalisi di panggung dunia, kekuatan dalam jumlah banyak biasanya menjadi strategi jitu.
Prancis merupakan salah satu kekuatan di Eropa. Langkah mereka mengakui Palestina diharapkan bisa menciptakan efek domino dan diikuti negara kuat lain Benua Biru.
Namun, sebagaimana yang dilakukan negara lain sebelum Prancis pengakuan ke Palestina memang penting tetapi agresi dan pembatasan bantuan kemanusiaan tetap berjalan.